Pantai Pink merupakan salah satu pantai yang menarik perhatian saya. Nama asli dari pantai ini adalah Pantai Tangsi yang terletak di daerah Desa Sekaroh, Kecamatan Jerowaru, Kabupaten Lombok Timur di Nusa Tenggara Barat. Pantai tersebut mempunyai nama popular pink karena memang pasirnya berwarna pink jadi lambat laun orang-orang yang sudah berkunjung kesana menyebutkannya dengan sebutan mudah pink.

The Pink Beach

Sebutan pink memang mempunyai daya tarik tersendiri apalagi bagi para perempuan dunia yang secara dominan menyukai warna merah muda ini dan sering menjadikan trend warna terutama dalam gaya. Saya sebagai salah satu penyuka warna merah muda ini menjadi penasaran sekali untuk kesana dan melihatnya secara langsung. Sampai-sampai sudah berencana untuk memakai kaos pink, supaya pas diphoto, saya seperti berada dalam kayangan langit pink. Like a fairytale story.

Me at Pink Beach

Menuju kesana tidaklah mudah. Membutuhkan waktu kurang lebih dua jam dari Kota Mataram. Belum lagi jalanan yang lumayan rusak memperlambat proses perjalanan saya menuju kesana.

Pink Beach, Lombok

Sampai ditempat tujuan pagi hari sekitar jam 9-10an am, pantai tersebut sangat sepi. Masih didalam mobil, saya merasa kebahagiaan kecil karena seperti memiliki pantai itu sendiri and you can do anything you want! hahaha egois! Saya turun dari mobil dan langsung penasaran lari kecil untuk melihat pasirnya yang katanya berwarna pink itu. Katanya kita untung-untungan untuk melihat pasirnya, karena sering kali juga pengunjung kurang bisa melihat warna pinknya berekspresi tergantung dari kondisi alam, walaupun kita perhatikan dengan dekat warna pasirnya memang pink.
Well, kesempatan saya pada saat melihat warna pinknya itu tidak terlalu keluar warnanya, karena pasirnya tampak sedikit basah karena mungkin bekas hujan tadi malam. Namun ketika matahari mulai bersinar tajam diatas kepala, lambat laun pasir warna pink bisa terlihat juga.
Mengapa pasir tersebut bisa berwarna pink? Karena pecahan koral berwarna merah yang menjadi serpihan pasir kemudian menyatu dengan pasir putih yang berada disana. Seiring waktu dengan proses alam jadilah pasir itu berwarna pink. Unik! Lalu saya perhatikan sapuan ombak di bibir pantai seperti memberitahukan saya untuk melihat warnanya disebelah sana. Dan ya pasirnya pink! Manis sekali ketika dilihat.
Di kiri kanan pantai ini, terdapat tebing-tebing yang sangat indah berwarna putih. Di salah satu bukit ada yang bisa dijadikan wisata sejarah, yaitu terowongan Jepang atau sering disebut goa Jepang yang berukuran panjang kurang lebih 50meter itu. Adanya terowongan itu dibuat untuk barikade tentara Jepang pada jaman perang. Bersama orang lokal yang tinggal disana, saya masuk ke terowongan pendek itu dan melihat banyak kelelawar-kelelawar kecil tidur menggantungkan diri diatas langit-langit terowongan yang semakin ke tengah semakin kita harus merundukkan badan. Ada satu terowongan lagi didalamnya yang tidak sempat dibuat oleh Jepang karena mereka kalah dalam pertempuran dan pulang ke negerinya pada saat itu. Dan kami keluarlah dari mulut terowongan terakhir yang kemudian saya ditunjukkan tempat untuk melihat sedikit benteng yang tersisa dan ada terowongan kecil lagi namun buntu kira-kira tiga meter kedalam karena tidak dilanjutkan kembali oleh bala tentara Jepang itu.
Setelah kembali ke pantai lagi, ada satu perahu jukung yang baru mampir. Saya langsung meminta tolong untuk mengajak saya keliling area Pantai Pink ini. Wah, walaupun udaranya sangat panas karena matahari menari-nari dengan bahagianya dilangit, jiwa sayapun jadi ikut-ikutan bahagia karena saya bisa menikmati pemandangan yang ditawarkan oleh daerah ini. Panaspun menjadi tidak masalah bagi saya dengan melihat warna langit dan laut saja sudah menjadi tontonan penyejuk hati karena seakan-akan ingin menunjukkan masing-masing dirinya paling hebat dalam mengekspresikan warna biru yang damai itu. Setelah berjalan sedikit jauh dari pantai, dasar laut masih terlihat dangkal. Rasanya ingin snorkelling untuk melihat ada apa saja dibawah sana. Namun perjalanan masih kita lanjutkan yang ternyata menghantarkan kita ke sebuah pulau kecil-kecil berderet tiga, yang mana dinamakan dengan Pulau Tiga.

Pulau Tiga from far away

Sungguh luar biasa indah sekali Pulau Lombok ini, masih banyak sekali tempat-tempat indah seperti ini yang belum banyak terjamah oleh orang. Pulau-pulau kecil ini sangat eksotik menunjukkan dirinya dalam kesunyian alam yang damai. Ada sedikit tangga yang bisa membawa kita naik keatas bukit kecil itu dan melihat sekelilingnya. Saya perhatikan ada pohon yang tumbuh dan karakter flora yang jarang saya lihat ketika travelling ke daerah pantai atau laut. Sungguh area ini menyuguhkan sesuatu yang berbeda bagi para pengunjungnya. Warna laut cukup membuat saya terpana karena gradasi warnanya yang begitu legit dari warna biru dan hijau tosca. Begitu menyegarkan jiwa raga ketika kita menikmatinya langsung. Di sebelah tangga ada yang menyerupai terowongan pendek yang terbuat dari karang dan kitapun bisa berenang disekitaran pulau ini karena laut terlihat masih dangkal dan aman. Sayang sekali saya harus kembali ke pantai pink dan melanjutkan kembali perjalanan. Padahal saya ingin sekali berleha-leha tiduran diatas pasir dan meresap semua keindahan yang ada disini.
The Tiga Island
The Tiga Island
The Tiga Island
The Tiga Island
Cliffs around Pink Beach.
Cliffs around Pink Beach.
Cliffs around Pink Beach.
Cliffs around Pink Beach.
Next stop adalah Tanjung Ringgit, wilayah Kecamatan Jerowaru, Desa Pemongkong yang tidak jauh dari Pantai Pink ini. Namun akses jalan memang masih rusak seperti jalan sebelumnya dan menuju kesana seperti hanya untuk orang-orang yang tahu saja tentang informasi daerah ini. Begitu sepi, begitu menenangkan jiwa.
Sesampai disana, saya tidak menyesalinya sedikitpun. Impresi pertama saya melihat Tanjung Ringgit ini adalah seperti diluar negeri. Entah kenapa saya meihatnya seperti New Zealand, but this is in Lombok. Bangganya saya menyaksikan keindahan alam Indonesia! Tebing- tebing putih yang saya ceritakan tadi di Pantai Pink itu terlihat indah di perbukitan sini. Laut lepas nan biru yang tiada ujungnya saya lihat dari atas bukit hijau ini dengan karakter flora yang hampir mirip di Pulau Tiga.
Disinipun ada peninggalan Jepang yaitu meriam yang besar. Saya jadi langsung membayangkan perang dunia II pada saat itu. Oh, sangat menyeramkan! Dengan meriam panjang yang berhadapan langsung ke lautan Samudra Hindia untuk melawan sekutu yang datang dari arah sana demi mempertahankan dan memenangkan daerah yang indah ini!!! Ah, sangat syukur sekaliiiii Tuhan Engkau memberikan Indonesia kemerdekaan sehingga saya, kamu, sahabat semuanya bisa menikmati indahnya daerah ini. Katanya meriam itu aslinya ada tiga; Sisa duanya berbentuk kecil namun hilang entah kemana.
Setelah mempelajari karakter daerah area ini, yang mana sebelah kiri saya berdiri sudah berhadapan langsung dengan Pulau Sumbawa dan Selat Alas; Dalam keheningan alam Tanjung Ringgit disertai sepoyan angin membelai badanku saya mendengarkan bunyi lonceng yang simple. Ah, apakah itu? Setelah saya mencari tau ternyata ada sekawanan kerbau yang mencari makan dan pemiliknya berdiri dibawah pohon yang cukup untuk meneduhkan badan. Wah, betapa murninya kehidupan alam ini.
Back to Top