ENGLISH
Ambai Island, Yapen Islands Regency
Year: 2014
This was the same time period with my article from ‘My Adventure Tragedy #3’ except this is about diving. Other then to explore the underwater world in Yapen Islands Regency, it was also to shoot my traveling programme called Pelesir.
We went to two dive spots. One of it was the challenging current that we have to hold a rope for the enter and exit. It was fun. But here I would like to share my experience that I shouldn’t force myself to continue work (since I’m a TV Travel presenter so all adventure activities are considered work although it is a fun thing to do. So, I had a fun and best job at the same time!) because I felt my body sending signals to me saying that I need to rest or that I am actually feeling unwell. I ignored it. I usually ignore my body symptoms until I feel better. During the process of landing at Biak, Papua to continue my flight using a small aircraft to Yapen Islands Regency, I felt the back of my head feeling an intense air pressure that hurts when I move or tilt my head. I remember myself, taking A LOT of deep breaths to make sure oxygen keeps circulating in my body. It felt like a bottle of water being squeezed by air pressure and that’s how it feels like! I felt like giving up, telling my camera man who sat next to me or ringing the stewardess bell to help me. It happens around 15-30 minutes and that was a long time for a condition like that. Ah! I remember that I also had a blocked nose and yes it wasn’t comfortable. My whole condition that time was very stressing. So, when the plane landed safely, my head slowly recovers from the cabin air pressure. My veins were squeezed and surviving from it. Once I felt better, I tried to blow my nose and to find out there was a blot of blood on the tissue. I was surprised because I thought I was having nose bleeding. So, eventually I told my cameraman and he also freaked out and prayed that I am alright. Everytime I found a chance to rest, I let myself rest most of the times so I would feel better, energized and ready for my next adventures.
The first dive, I entered the sea and felt my forehead having compression. My veins were squeezed and hurt like pressed hundreds of tiny tubes but I forced my self calmly to enjoy the underwater world. And when we exit, I also felt the same as before. What I didn’t notice was my friend tried to signal me something from our underwater photosession which I finally new the answer later that he was trying to tell me that my nose was bleeding. When we were exiting, my biologist friend squeezed my dive mask nose so suddenly that made me jump in surprise. But instantly, I saw some blood coming out from my nose mask. Funny, I didn’t realised about my nose bleeding but I was sure it was from the air pressure underwater too. It happens the same with my next dive.
That time I felt like having a couple of days rest until I feel better and ready for my next adventure activities. Sometimes, you just can’t force your body and ignore it. We’re not a robot. I actually had that couple of days rest from ‘My Adventure Tragedy #3’. So, do you think I was saved by the broken bridge? Well, it’s left as a mystery. But I will always be grateful.
Moral of the story:
One musn’t force him/herself to dive if you FEEL UNWELL.
Diving must be enjoyable and safe.
Aways dive with a buddy.
Rest every busy times because your body needs it.
My bleeding nose in the video that I wasn’t aware of. (Pendarahan hidung saya di video yang saya tidak rasa)
I wanted to do a clear mask but since I probably feel numbed around my nose area causing from the nose block too, so I felt confused that it wasn’t that effective and I was just thinking of getting over with the diving shooting as soon as possible.
(Saya ingin melakukan clear mask tapi mungkin karena area hidung saya sudah mati rasa akibat dari hidung blok, saya jadi sempat bingung karena tidak efektif. Selain itu, dipikiran saya sudah ingin cepat menyelesaikan shooting penyelaman ini karena kondisi saya.)
Indonesian Summary
Pulau Ambai, Kabupaten Kepulauan Yapen
Tahun: 2014
Kejadiannya terjadi pada masa periode yang sama dengan artikelku ‘My Adventure Tragedy #3’. Bedanya kalau yang ini tentang diving.
Selain untuk menikmati keindahan bawah laut di Kabupaten Kepulauan Yapen, saya juga sedang shooting untuk Pelesir yaitu program tv travelingku. Disini saya ingin share pengalaman saya bahwa seharusnya saya tidak lanjut bekerja (karena saya adalah tv presenter traveling jadi semua aktifitas petualangan adalah kerja walaupun bagi saya itu adalah hal yang menyenangkan. Ya, saya memiliki pekerjaan yang seru!) karena badan saya seperti mengirimkan sinyal bahwa saya sedang tidak sehat badan. Tapi saya mengacuhkannya. Karena biasanya saya suka mengacuhkannya sampai saya merasa enakan kembali. Ketika sedang proses landing di Biak, Papua- dan nantinya kami akan mengganti pesawat kecil menuju Kabupaten Kepulauan Yapen-, saya tiba-tiba merasakan sakit dibagian belakang kepala karena tekanan udara yang berkurang di kabin. Saya mengalami kesulitan menengok kearah kanan atau kiri karena sakit. Saya ingat pada saat itu, saya menarik nafas SEBANYAK BANYAKNYA agar oksigen terus mengalir di seluruh badan saya. Rasanya seperti botol air yang diperas. Begitulah rasa sakitnya. Saya pun rasanya ingin menyerah dan memberi tau kameraman saya yang duduk disebelah saya atau memencet tombol pemanggil pramugari untuk menolong saya. Ini berlangsung kurang lebih 15-30 menit dan untuk kondisi seperti ini rasanya sungguh sangat lama sekali! Ah! Saya juga ingat kalau saya waktu itu sedang hidung mampet dan rasanya memang tidak nyaman. Seluruh kondisiku pada saat itu mengalami stress. Sampai pada akhirnya kami telah mendarat dengan selamat, kepalaku perlahan-lahan sembuh dari tekanan udara. Urat nadiku terperas dan sedang berjuang untuk bertahan. Ketika saya sudah membaik lagi, saya membuang flu dan malah ada segumpal darah ditissu. Saya kaget karena saya pikir saya sedang mengalami pendarahan hidung. Lalu saya memberi tahu kameramanku dan dia juga terkejut lalu berdoa untuk kesembuhanku. Setiap kali ada kesempatan untuk istirahat saya mengambilnya dan mengistirahatkan badan saya sebanyak mungkin agar saya lebih baik, penuh energy dan siap untuk bertualang lagi.
Diving yang pertama, saya enter ke laut dan merasakan sakit kompresi di bagian dahi. Urat nadiku rasanya seperti perasan ratusan pembuluh darah dan rasanya sakit sekali namun saya terus lanjut diving dengan berusaha tenang menikmati keindahan laut disana. Ketika mau exit dive, saya merasakan sakit yang sama. Yang tidak kusadari adalah salah seorang temanku mencoba memberi tahu aku ketika kami sedang ada sesi pemotretan dibawah laut yang mana saya baru tau kemudian setelah naik bahwa hidungku berdarah. Ketika kami sedang proses exit, temanku yang dibidang biologist seketika memencet hidungku dan membuatku kaget tetapi aku langsung melihat darah mengalir melalui hidung maskku. Aneh rasanya saya tidak merasakan pendarahan hidung dan pasti juga akibat dari tekanan udara dibawah laut. Saya pun merasakan hal yang sama di diving berikutnya.
Saat itu rasanya saya ingin berisitirahat hanya untuk beberapa hari saja sampai saya sembuh dan melanjutkan kembali petualanganku. Kadang-kadang kita tidak bisa memaksakan badan kita dan mengacuhkannya. Kita bukanlah robot. Sebenarnya saya pun mendapatkan istirahat beberapa hari itu, namun setelah dari kejadian artikel ‘My Adventure Tragedy #3’. Jadi menurutmu, apakah saya diselamatkan dari diving dengan kejadian jembatan dermaga yang ambruk? Ya, itu adalah sebuah misteri. Namun, saya tetap bersyukur.
Cerita moralnya :
Jangan memaksakan diri ketika badan terasa kurang sehat.
Menyelam haruslah seru dan aman.
Selalu dive bersama seorang partner.
Istirahat diselang kesibukan karena badanmu memerlukannya.